Jakarta, 10 Juli 2024 – Sebagai langkah yang signifikan menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia, para pemangku kepentingan – termasuk Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Direktorat Surat Utang Negara (SUN) – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Impact Investment Exchange (IIX) berkolaborasi meluncurkan Obligasi Orange / Orange Bonds di Indonesia guna mendukung misi Orange Movement™ dalam menciptakan sistem keuangan yang memberdayakan gender dan mendukung kesetaraan gender melalui sebuah sesi roundtable di Jakarta.
Obligasi Orange, diberi nama mengacu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB 5 (UN SDG5) untuk Kesetaraan Gender, bertujuan tidak hanya untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan, tetapi juga untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berfokus pada komunitas dan perempuan. Koordinator Ahli Sekretariat Nasional Implementasi SDGs Bappenas, Yanuar Nugroho, menjelaskan “Peluncuran Orange Bonds merupakan langkah strategis dalam mendukung visi Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Ini mencerminkan komitmen kita untuk mengadopsi pembiayaan inovatif yang mendukung pembangunan berkelanjutan.”
Obligasi Orange tidak hanya menawarkan solusi pembiayaan yang inovatif, tetapi juga mempromosikan inklusi sosial dan ekonomi dengan memberikan akses keuangan yang lebih besar bagi perempuan dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Hal ini penting mengingat kesenjangan gender di pasar keuangan Indonesia yang menghambat akses perempuan terhadap keuangan dan peluang ekonomi.
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk memajukan SDGs PBB, menjadikan Indonesia sebagai pelopor global dalam keuangan berkelanjutan. Obligasi Orange diharapkan dapat melengkapi dan memperbesar dampak obligasi tematik secara signifikan, serta mempercepat transisi energi yang adil di Indonesia.
“Orange Bonds adalah instrumen penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia, termasuk kesetaraan gender, transisi iklim, dan kemakmuran ekonomi,” kata Yanuar Nugroho, Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional Sustainable Development Goals (SDGs), Kementerian PPN/Bappenas. “Kami mengundang semua pemangku kepentingan untuk bergabung dengan kami dalam mendukung Orange Bonds dan berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif bagi semua.”
Obligasi Orange tidak hanya mengisi kesenjangan pembiayaan SDGs yang mencapai 24 ribu triliun rupiah pada tahun 2030, tetapi juga mengintegrasikan prinsip-prinsip keuangan berkelanjutan dalam pasar modal Indonesia. Prof. Durreen Shahnaz, CEO dan Pendiri IIX, menegaskan “Kami berharap bahwa Orange Bonds akan membuka pintu bagi pemodal untuk berinvestasi dengan dampak sosial yang signifikan, sambil memperkuat inklusi sosial dan ekonomi di Indonesia.”
Studi Kelayakan yang dirilis oleh Ford Foundation menyoroti tantangan dan peluang bagi Obligasi Orange, dengan fokus pada transparansi proyek dan inklusi UMKM. Inisiatif ini mendapat dukungan dari berbagai pemangku kepentingan di sektor keuangan, pemerintah, dan swasta, yang berkumpul untuk menyambut langkah penting ini menuju keuangan berkelanjutan dan kesetaraan gender.
Dengan meluncurkan Obligasi Orange, Indonesia memperkuat kepemimpinannya dalam pengembangan obligasi tematik, setelah sebelumnya sukses dengan Green Bonds, Green Sukuk, dan SDG Bond. Langkah ini tidak hanya memperluas akses pembiayaan bagi UMKM yang berfokus pada perempuan, tetapi juga mempercepat transisi energi yang adil di Indonesia.
Penulis: Bima Aditya, Kristy Natalia
Foto: Kristy Natalia
Reviewer: Nacota Yeshdia, Septia Annisa