Deputi Bidang Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan BAPPENAS, Dr. Ir. Subandi Sardjoko, M.Sc., menyampaikan bahwa Indonesia masih belum sepenuhnya berhasil mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) yang telah berakhir pada 2015 lalu.
MDGs memiliki 8 goal, 18 target, dan 67 indikator. Dari target tersebut Indonesia baru berhasil mencapai 49 dari 67 indikator yang ditetapkan.
“Masih ada 18 indikator yang belum dapat diselesaikan,” katanya saat membuka acara The 10th Global RCE Conference, di Grha Sabha Pramana UGM, Rabu (23/11).
Salah satunya adalah penurunan angka kemiskinan. Walapun telah mengalami penurunan, akan tetapi penurunan yang terjadi tidak cukup signifikan. Hingga tahun 2015 jumlah penduduk miskin Indoensia mencapai 28,59 juta atau 11,22 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Hal serupa terjadi pada upaya peningkatan kesehatan ibu. Angka kematian ibu hingga saat ini masih jauh diatas target MDGs. Disamping itu, upaya menekan kasus HIV/AIDS dan malnutrisi juga masih mengalami sejumlah kendala. Ditambah dengan belum terpenuhinya akses terhadap sanitasi dan air bersih
“Indonesia juga masih mengalami kendala dalam membangun kemitraan global untuk pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup. Poin-poin ini menjadi pekerjaan rumah yang terus dikejar dalam SDGs (Sustainable Development Goals),”urainya.
Subandi menyebutkan pemerintah tidak dapat berjalan sendiri dalam melaksanakan SDGS dengan target 17 goal dengan 169 target serta 240 indikator. Tantangan utama yang dihadapi adalah kemampuan untuk bisa mengembangakan basis data untuk mengatur lebih dari 240 indikator SDGs. Oleh sebab itu, perlu adanya sinergi dan kerja sama dengan akademisi, pelaku bisnis dan filantropi, serta masyarakat dan media dalam pencapaian target pembangunan berkelanjutan.
“Untuk bisa mencapai keseluruhan target SDGs maka perlu keterlibatan semua pihak dalam mengawal pelaksanaan pembangunan,” terangnya.
Sebelumnya, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, dalam sambutannya yang disampaikan oleh Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekda DIY, Gatot Saptadi, mengatakan bahwa pembangunan bagaikan dua sisi mata uang. Selain mempunyai dampak positif, pembangunan juga menghasilkan dampak negatif. Misalnya, kerusakan lingkungan karena tindakan eksploitasi secara besar-besaran. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pembangunan perlu mempertimbangkan kondisi lingkungan dan menjaga kelestarian ekosistem.
“Dengan demikian, pembangunan yang dilaksanakan tidak merugikan masyarakat baik dalam lingkup lokal, regional, maupun global,” jelas Sultan.
Maka dari itu, Sultan menekankan perlunya penguatan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan untuk menunjang pembangunan. Pasalnya, sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan sumber daya yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan diharapkan dapat mendorong percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Melalui konferensi ini dapat dihasilkan berbagai langkah strategis dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan melalui jalur pendidikan,” tuturnya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dalam kesempatan tersebut menyampaikan komitmennya untuk terlibat dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui jalur pendidikan untuk mendukung pencapaian SDGs. Salah satunya adalah dengan hilirisasi produk penelitian yang nantinya akan diproduksi melalui Teaching Industri yang akan dibangun di Kabupaten Kulon Progo.
Dwikorita mengatakan Kulon Progo merupakan daerah paling miskin di DIY. Produktivitas pemuda di wilayah tersebut tergolong rendah. Dengan adanya teaching industry ini diharapkan dapat menjadi daya tarik anak muda disana untuk melanjutkan kuliah dan mempersiapkan diri menjadi tenaga terdidik yang memiliki keterampilan memadai.Teaching industry ini nantinya akan digunakan sebagai wahana praktik mahasiswa Sekolah Vokasi UGM.
“Adanya teaching industry ini diharapkan dapat menggerakan pertumbuhan perekonomian masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Naoya Tsukamoto, Project Director UNU-ISAS, mengatakan dunia nantinya dihadapkan pada tantangan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Berbagai strategi dan kebijakan perlu dirumuskan dalam upaya untuk menciptakan dunia dan masa depan yang lebih baik.
Oleh karena itu, melalui konferensi ini, para akademisi, pembuat kebijakan, pelaku industri dan berbagai pihak terkait diharapkan dapat saling berdiskusi dan berbagi pengalaman dalam mengupayakan pembangunan berkelanjutan. Bahkan, dapat menemukan solusi dalam mengupaya percepatan program aksi global untuk mendukung pencapaian SDGs.
“Terima kasih atas komitmennya untuk bekerjasama mendukung pencapaian SDGs dan mewujudkan masa depan yang lebih baik,” tuturnya.
(Humas UGM/Ika)