JAKARTA – Beberapa delegasi universitas dari Filipina seperti Miriam College, Mindanao State University, dan Departement of Science and Technology of the Philipina mengadakan studi banding ke Sekretariat Nasional SDGs Indonesia/Bappenas RI untuk mempelajari implementasi SDGs di Indonesia pada hari Rabu (08/02/2023).
Kunjungan dan studi banding tersebut adalah rangkaian dari kegiatan yang dilakukan oleh Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya yang telah memiliki Kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Filipina. Dalam kesempatan tersebut delegasi dari Unika Atma Jaya dan delegasi dari berbagai universitas di Filiphina itu diterima oleh Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi, Setyo Budiantoro dan Manajer Pilar Pembangunan, Rachman Kurniawan.
Pada sesi diskusi, Setyo Budiantoro menyampaikan perkembangan pelaksanaan SDGs di Indonesia serta menceritakan proses yang ada di dalamnya, termasuk tantangan yang dihadapi pada awal membangun kepercayaan (trust) dan mengajak kerjasama berbagai pemangku kepentingan di Indonesia. Selain itu, Setyo juga menyampaikan berbagai program yang sedang dijalankan oleh Sekretariat Nasional SDGs Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, para delegasi juga mempelajari bagaimana Indonesia menyusun Voluntary Nasional Review (VNR) dan bagaimana konsistensi Indonesia dalam melakukan pelaporan VNR di level internasional. Para delegasi terpukau dengan VNR yang Indonesia buat dan sangat tertarik memperlajari lebih dalam mengenai proses dan isi dari VNR tersebut.
Selain itu, para delegasi dari universitas tersebut juga mempelajari mengenai Innovative Financing for SDGs, Sustainable Energy, Metadata SDGs, E Monev, dan beberapa hal lainnya mengenai implementasi SDGs di Indonesia.
Delegasi Filipina juga mempelajari bagaimana SDGs center dalam setiap perguruan tinggi di Indonesia dapat berdiri. Rachman Kurniawan menyampaikan bahwa Indonesia membuka kesempatan untuk semua Perguruan Tinggi di Indonesia dan medorong untuk membuka atau mendirikan SDGs Center. Rachman juga menyampaikan bahwa hal ini tidak hanya terbatas untuk Perguruan Tinggi, namun berbagai pemangku kepentingan lain juga dapat mendirikan SDGs Center. “Untuk menjaga inklusifitas, kami terbuka kepada semua pihak”, ucap Rachman.
Maria Cristina L. Ibanez, delegasi dari Miriam College menyampaikan bahwa di Filipina memliki Regional Inclusive Centre dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Indonesia dalam mendorong berdirinya SDGs Center di berbagai daerah namun belum sampai ke level Perguruan Tinggi.
Di akhir pertemuan, para delegasi Filipina menyampaikan bahwa mereka terpukau dengan apa yang dilakukan oleh Sekretariat Nasional SDGs Indonesia dalam pelaksanaan dan implementasi SDGs Indonesia. Para delegasi mengucapkan terima kasih sudah diberikan kesempatan untuk mempelajari SDGs di Indonesia dan akan membawa ilmu dan pengetahuan tersebut untuk menjadi bahan pelajaran di negaranya.